News

Kenang Empat Tahun Bersama Pak Ridha, Banyak Jejak Bergurat

Sebarkan:

 

Arman Adam Ibrahim

(Catatan selama satu periode bersama Rektor Unkhair, Dr. M. Ridha Ajam, M,Hum )

Oleh: Arman Adam Ibrahim

ST - Tugas pertama saya mendampingi Dr. M. Ridha Ajam, M,Hum., bermula pada 24 Agustus 2021 silam. Pada Selasa hari itu, tentu dada saya berdebar tak menentu. Gugup atau kikuk, atau keduanya. Entahlah. 

Bagaimanapun, ini kali pertama saya dekat dan berinteraksi dengan beliau, selaku rektor Unkhair yang terpilih kala itu untuk periode empat tahun ke depan, 2021-2025. Artinya, jika tidak ada aral, saya akan mendampingi selama empat tahun ke depan. Itu yang ada dan memenuhi kepala saya.

Saya akui, perasaan saya begitu tegang saat itu. Dalam benak, saya akan mendampingi beliau selama empat tahun. Saya harus menyesuaikan dan mengikuti aktivitas bertugas keseharian beliau. Kesiagaan saya sudah seharusnya dituntut, baik untuk aktivitas di dalam maupun di luar kampus. 

Awal-awal bertugas, di dalam mobil, sudah pasti saya merasa canggung saat bersama beliau. Setiap kata saya ukur dalam berucap agar tetap beretika. Takut kalau saya sampai melampaui etika komunikasi antara pimpinan dan stafnya. 

Saya menjaga sikap demi rasa hormat. Meski beliau sebenarnya cukup santai. Bahkan kadang-kadang bercanda juga. Rasa-rasanya waktu begitu cepat berjalan. Kenangan tentang ketegangan dalam diri saya saat awal-awal bertugas, dan yang ternyata tidak sehoror yang terbayangkan, berlalu seiring waktu. 

Periode empat tahun masa kepemimpinan Pak Ridha, begitu beliau kerap disapa, sebagai Rektor Unkhair kini telah tiba waktunya. Beliau tak lagi ikut dalam perhelatan rektor baru-baru ini. Beliau memutuskan untuk memimpin Unkhair selama satu periode saja. Apapun alasannya, beliau tentu lebih paham. 

Bagi saya, kurun waktu empat tahun mendampingi beliau, bukanlah tanpa makna. Saya memetik banyak pelajaran dan pengalaman berharga selama masa-masa itu. Karena itu, tulisan ini menjadi cara saya mengekalkan semua itu. 

Hal ini saya lakukan juga kepada rektor Unkhair sebelumnya, yang juga saya dampingi selama dua periode kepemimpinannya, Prof. Dr. Husen Alting. 

Disiplin

Pak Ridha yang saya kenal adalah seseorang dengan disiplin tinggi. Beliau ketat soal ketepatan waktu dan disiplin dalam bekerja. Beliau selalu memastikan bahwa kondisi kampus Unkhair tetap aman dan kondusif. Ini dilakukan baik saat berada di Ternate maupun di luar Ternate. Tidak jarang, kepada saya, beliau selalu mengecek keadaan ini.

Saya ingat satu pengalaman terkait ini. Saat itu kampus libur selama beberapa hari. Oleh beliau, saya diingatkan dengan berujar: ”Man, itu libur agak lama nanti. Jaga perhatikan kampus. Kase ingat tamang-tamang sekuriti lagi…” Saya segera menyanggupi dengan menjawab “Siap, Pak.” Keamanan kampus Unkhair memang menjadi salah satu prioritas Pak Ridha. 

Saya pun segera berkoordinasi dengan para sekuriti kampus. Dari mereka, saya memberikan informasi mengenai kondisi kampus kepada Pak Ridha. 

Gedung Baru

Tak bisa dipungkiri bahwa selama Pak Ridha menjabat rektor Unkhair selama satu periode ini, telah berhasil menambahkan banyak gedung baru di kampus tercinta ini. Bangunan-bangunan baru berdiri megah di kawasan kampus Unkhair di Gambesi.

Sebut saja Gedung SBSN (Surat Berharga Syariah Negara), sebagai contoh salah satunya. Ini merupakan gedung pertama  di Unkhair yang memiliki fasilitas terbilang lengkap. 

Gedung ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi,  Prof. Brian Yuliarto,S.T., M.Eng.,Ph.D.,  pada 21 April 2025. 

Tentu ini merupakan sebuah kehormatan besar bagi Unkhair tentu saja. Ini juga sekaligus menunjukkan komitmen Pak Ridha sebagai Rektor Unkhair periode 2021-2025 untuk selalu bekerja dengan ikhlas dalam memajukan universitas ini ke depan sehingga menjadi lebih baik.

Bicara soal pembangunan gedung, sebenarnya ada cukup banyak yang dibangun selama Pak Ridha menjadi rektor. Sejumlah gedung lain seperti gedung  parkiran, gedung Taliabu, dan gedung Saruma. Gedung-gedung ini terlihat megah bila dipandang. Semua ini buah kerja sama Unkhair (yang diinisiasi oleh Pak Ridha selaku rektornya) dengan pemerintah daerah (Pemda), baik kabupaten/kota maupun provinsi.

Lebih dari itu, setiap gedung ditunjang  pula sarana dan prasarananya dengan komplit. Keberadaan IT yang diupayakan Pak Ridha juga sudah pasti akan mendukung berjalannya model pembelajara dengan menggunakan digitalisasi. Ini menunjukkan bahwa Unkhair semakin mengikuti perkembangan teknologi.

UKT Mahasiswa Daerah

Dalam berbagai pembicaraan atau pertemuan yang saya saksikan, Pak Ridha tidak hanya menekankan soal bantuan penambahan gedung saja. Dalam kerja sama dengan pemerintah daerah (kabupaten/kota) di Maluku Utara, Pak Ridha selalu menekankan agar mahasiswa dari kabupaten/kota bersangkutan diperhatikan pemerintah daerah. Terutama mengenai pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT). Ini juga yang menjadi pendorong utama, selain pembangunan kampus. 

Keluarga Tetap Prioritas

Dalam hal keluarga, saya mengamati Pak Ridha adalah seorang yang begitu peduli dengan prioritas yang tak kalah tingginya dengan urusan kantor sebagai rektor Unkhair. 

Saya bisa sampaikan dengan jelas di sini, sesuai kesaksian saya sendiri, Pak Ridha selalu mengantar istrinya ke sekolah tempatnya bekerja setiap pagi. 

Padahal, bisa saja beliau memerintahkan saya untuk melakukan itu. Dan pasti dengan kerelaan penuh akan saya patuhi. 

Konsistensi beliau kepada keluarganya, terutama kepada istrinya tercinta, betapa ini perlu menjadi teladan dalam berkeluarga. Pengalaman ini memperlihatkan saya betapa Pak Ridha adalah seorang kepala keluarga yang sangat tulus dalam menjaga keharmonisan keluarga. 

Berjiwa Sosial Tinggi

Perbuatan dan tindakan Pak Ridha tidak hanya baik di lingkungan keluarganya. Di lingkungan masyarakat di mana Pak Ridha tinggal, Gambesi, beliau dikenal baik pula. Bagi masyarakat, beliau dipandang sebagai seseorang dengan jiwa sosial yang sangat tinggi. 

Sebagai seorang yang tinggal satu kelurahan dengan Pak Ridha di Gambesi, tentu tidak sulit bagi saya untuk mendengar bagaimana orang-orang berkata tentangnya. Tentu semua orang punya kekurangan. Tapi sejauh saya dengar tentang Pak Ridha dari orang-orang ini, semuanya positif. “Pak Ridha orangnya sangat baik,” katanya. 

Ikhlas Bekerja

Dalm hal tugas, tentu saya lebih banyak bersama satu mobil dengan Pak Ridha. Sebagai pimpinan saya tentunya. Di dalam mobil selama berbagai perjalanan, ada perbincangan yang santai, dan ada pula yang serius. Saya berani menjamin, bahwa dalam urusan tertentu, saya lebih mengenal Pak Ridha dari pada kebanyakan orang lainnya. Termasuk yang saya katakan (tuliskan, tepatnya) di sini, adalah bagian dari beliau yang saya sangat kenal sekali. 

Di antara banyak perbincangan, ada satu momen percakapan yang lebih tepat saya sebut sebagai nasihat. Kala itu kami dalam perjalanan dari kampus Akehuda menuju Gambesi. Suasananya santai kala itu. Beliau berujar dalam bahasa melayu sehari-hari kita, “Man, ke depan, kalau ngana jadi pemimpin, itu kerja harus ikhlas. Kalo torang ikhlas karja, Insya Allah hal yang susah jadi mudah, yang barat jadi ringan.”

Mendengar itu, saya terdiam cukup lama setelahnya. Bagi saya, ini nasihat yang sangat dalam, yang dengan ikhlas beliau ajarkan kepada saya. Saya camkan kata-kata beliau barusan sedalam-dalam benak. 

Hingga kini, nasihat itu terus saya usahakan praktikkan. Begitu juga ke depan nantinya. Mungkin belum berhasil sepenuhnya, tetapi setidaknya saya pernah menerima itu dari orang yang tidak saja saya anggap sebagai pimpinan.  Lebih dari itu, Pak Ridha sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri (untuk bagian ini, beliau tak harus menjadi rektor). (Red). 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini